Pengertian dari suku ~
Ibarat sebuah bangunan raksasa, negara Indonesia dibangun dari
batu-batu kebudayaan berbagai etnis, yang berbeda kualitas dan
kuantitasnya. Setiap etnis (kebudayaan kebudayaan lokal seperti
kebudayaan Flores, Sumba, Timor, Alor) menyumbang kekayaan nilai nilai
budaya mereka demi menyempumakan bangunan fisik dan spiritual bangsa
Indonesia. Dari sekian banyak batu untuk bangunan tersebut, ada juga
batu bangunan dari etnis Dawan di Timor Barat dengan kebudayaan Atoin
Pah Meto nya. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan Dawan merupakan sebuah
totalitas yang memiliki individualitas, arti dan keunikan tersendiri.
Mengapa penduduk etnis itu disebut dengan nama Dawan atau Atoni? Pada
dasarnya kata Dawan adalah nama pemberian orang lain, termasuk nama
orang Timor Barat. Nama Dawan diambil dari sebutan Atoni yang lazim
dipakai di antara anggota kelompok etnis ini. Nama itu merupakan
penggalan dari sebutan khas untuk etnis ini, yakni Atoin Pah Meto, yang
berarti penduduk tanah kering atau penduduk pulau. Hal serupa juga
terjadi dengan orang Dayak di Kalimantan bagian utara, yang menamakan
diri mereka: kami banua, artinya kami penduduk benua atau penduduk
pulau. Dalam bahasa Dawan, bila kata benda berdiri sendiri sebagai
sebuah kata mandiri, maka kata itu tidak mengalami perubahan atau
pergeseran bunyi. Namun bila dirangkaikan dengan kata benda lainnya atau
dengan kata sifat, maka kata benda yang diterangkan mengalami perubahan
penulisan atau pergeseran bunyi dalam strukturnya. Dalam istilah
linguistik, pergeseren bunyi seperti itu disebut metatesis, artinya
pertukaran huruf atau bunyi dalam sebuah kata. Misalnya kata Atoin, yang
kalau berdiri sendiri maka bunyi vokal i ditukarkan tempatnya dengan
bunyi konsonan n, sehingga. sebutannya menjac Atoni'. Kata Atoni sendini
berarti orang atau manusia. Karena itu, adalah salah atau terjadi
pengulangan yang tidak perlu, bila orang menyebut kelompok etnis itu
dengan nama "orang Atoni". Sementara itu penggunaan nama Dawan sudah
ditemukan dalam publikasi asing berbahasa Jerman pada tahun 1887.
Kendatipun demikian, tidak bisa dipastikan waktu penggunaan sebutan itu
secara lisan di antara para penduduk etnis Dawan.
Sebagai satu
kelompok suku terbesar di wilayah Timor Barat, Orang Dawan memiliki
pandangan hidupnya tersendiri. Pandangan itu masih sering ditemukan
pengaruhnya dan juga digunakan oleh para anggotanya sebagai pedoman dan
norma hidup bersama dalam lingkungan kekerabatan dai lingkungan
masyarakat luas secara religius dan sosial politis. Semua itu ada dan
dimiliki dalam bentuk lisan dan diwariskan juga atas cara lisan kepada
generasi generasi berikutnya dalam berbagai pertemuan.
Sebuah
ungkapan pendek menarik perhatian saya untuk dianalisis lebih jauh dalam
tulisan ini, yakni nekafmese ansaofmese (sehati sejiwa), atau sering
juga diformulasikan sebagai sebuah imperatif. nekames ma ansaomes.
Ungkapan tersebut dipahami sebagai falsafah hidup atau way of life orang
Dawan, yang berpengaruh besar dalam kehidupan bersama. Namun sebelun
menganalisis ungkapan tersebut, perlu dikemukakan pengaruh tradisi lisan
dalam kehidupan masyarakat Dawan, khususnya di daerah pegunungan dan
pedalaman.
2. Pengaruh Tradisi Lisan Pada Masyarakatnya
2.1. Tradisi Lisan dan Pengertiannya
Dalam Ilmu kebudayaan bangsa bangsa dan etnis etnis, selain tradisi
tertulis, tradisi lisan juga menjadi salah satu cara memiliki, menerima
atau mewariskan kebudayaan. Tradisi lisan pada umumnya masih dimiliki
dan dipelihara oleh kelompok masyarakat yang masih kuat dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan norma norma hidup tradisional. Kata tradisi berasal
dari bahasa Latin traditio kata benda yang berarti warisan yang
berkaitan dengan kata kerja tradere, yang mengandung pengertian
mewariskan, meneruskan, melanjutkan. Traditio berkaitan dengan kata
bahasa Yunani paradosis kata benda yang juga memiliki arti yang sama.
Tradisi dibagi menjadi dua bagian, yakni bentuk verbal dan non verbal,
tertulis dan lisan menggunakan media cetak dan menggunakan ucapan mulut
atau lewat tata. tingkah laku dan tutur kata Tradisi non verbal meliputi
berbagai kesenian tradisional, seperti ikon pahatan, monumen, objek
objek simbolis kebiasaan, gerak gerik, adat istiadat dan berbagai
institusi, legenda, mitos dongeng dan lain sebagainya.
Salah satu
tradisi non verbal adalah tradisi lisan Tradisi lisan termasuk salah
satu dari sekian banyak objek penelitian para antropolog budaya dan
etnolog, yang harus direkonstruksi demi meneruskan asal-usulnya yang
sesungguhnya. Untuk mendapatkan informasi secukupnya tentang tradisi
lisan dibutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan.
Kelompok etnis
Dawan juga memiliki dan memelihara tradisi lisan. Bahkan boleh dikatakan
bahwa hampir seluruh tradisi lisan dalam kebudayaan Dawan dihidupi dan
diwariskan secara lisan dengan menggunakan segala macam sarana bantu.
Kehidupan masyarakatnya masih sangat kuat dipengaruhi tradisi lisan
tersebut. Substansi tradisi lisan seperti norma tingkah laku, nilai
nilai moral dan etis¬-religius, bermanfaat baik bagi setiap anggota
dalam interaksinya dengan sesama. anggota kelompoknya (in group), maupun
dengan anggota kelompok lain (out group) dalam berbagai pertemuan
formal dan informal.
2.2. Beberapa Aspek dari Tradisi lisan
Tradisi lisan mendapatkan bentuknya dalam kebiasaan kebiasaan, folklore
(cerita rakyat), pembicaraan pembicaraan populer, cerita sejarah atau
kisah sah, spekulasi esoterik, berbagai aplikasi praktis agama. ke dalam
kehidupan sehari hari, termasuk manifestasi lain dari mentalitas
tradisional.
Aspek pertama dari tradisi lisan adalah bahasa
sebagai substansi dari tradisi lisan. Bahasa sangat berperanan dalam
proses interaksi antar anggota dalam lingkungan terbatas dan dalam
masyarakat luas. Di dalam bahasa, tersirat segala kekayaan pandangan dan
pikiran etnis etnis itu.
Bahasa Dawan, yang dalam berbagai
publikasi Eropa dan Amerika sering disebut bahasa Timor Barat, digunakan
oleh sebagian besar penduduk dalam tiga wilayah politik di Provinsi
Nusa. Tenggara Timur, yakni Kabupeten Timor Tengah Utara (TTU),
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Kupang kecuali kota
Kupang. Bahasa yang sama juga digunakan dalam wilayah Ambenu di Negara
Republik Timor Leste, kendati nama yang digunakan untuk bahasa itu
adalah Vaikenu. Namun sebagian besar dari kosa katanya adalah bahasa
Dawan.
Bahasa lisan atau ungkapan lisan sering digunakan dalam
kaitan dengan soal religius untuk menggambarkan keibuan dan kebapakan
Allah dalam memelihara, melindungi, merawat, mengasuh, mengasihi dan
menyayangi Orang tua selalu menggunakan bahasa lisan atau bahasa adat
untuk memberikan pandangan atau pikiran mereka kepacla anak anak muda
dalam memilih pasangan hidup dan teman bergaul. Juga orang selalu
menyampaikan secara lisan hal hal yang patut diperhatikan dalam menerima
setiap tawaran yang baik.
Orang diajar untuk tahu menjamu tamu,
bersahabat dengan orang lain walaupun rasa was was tetap tidak bisa
disembunyikan dalam nasihat pada pesta pernikahan adat dan gerejani.
Pasangan yang sudah menikah diharapkan menerima status sosial mereka
yang baru. dan berusaha untuk hidup dan bertingkah laku sesuai dengan
status baru tersebut. Kedua mempelai harus membiasakan diri untuk tetap
bertanggungjawab memenuhi kebutuhan rumal tangga mereka. Status sosial
yang baru tersebut menuntut konsekuensi dari tanggung jawab serta
perubahan sikap dan mental hidup.
Aspek kedua dari tradisi lisan
adalah adat kebiasaan makan sirih pinang. Kebiasaan ini banyak digunakan
sebagai sarana untuk menciptakai dan membuka komunikasi atau interaksi
antaranggota in¬group dan juga komunikasi dengan anggota dari out group
untuk mempererat persaudaraan, persahabatan dan persatuan antarpribadi.
Dengan menawarkan atau saling berbagi sirih pinang, seorang pribadi
terlibat dalan interaksi dengan sesamanya, membagi berbagai informasi,
juga momen untuk saling melayani dan mengenal. Dampak positif dari
kesempatan pelaksanaan tradisi tersebut adalah terciptanya hubungan yang
baik dengan orang lain, misalnya dengan tetangga paling dekat dan
dengan orang dari tempat jauh, yang sewaktu waktu dapat berguna untuk
pribadi pribadi terkait. Tradisi seperti ini masih hidup dan diwariskan
terus kepada sesama dan generasi berikutnya secara lisan, paling banyak
dalam bentuk partisipasi aktif dalam berbagai kesempatan yang
disediakan. Kehadiran yang begitu sering dalam acara acara tradisional
menjadi satu pertanda baik, bahwa orang mempunyai kepedulian terhadap
nilai nilai budaya setempat. Orang seperti itu akan mengetahui banyak
hal yang berpautan dengan tradisi tradisi lisan kehidupan bersama.
Salah satu tradisi lisan yang masih sangat berpengaruh adalah tata cara.
atau etiket penyampaian pendapat dan undangan kepada pihak lain, yakni
orang orang yang bukan dari kelompok sendiri, termasuk orang yang
menyandang status sosial tertentu. Etiket ini juga mempunyai fungsi
sosial lain untuk memelihara. kontak persaudaraan dan persahabatan
dengan orang lain dalam in group dan out group. Di sini dikemukakan
secara khusus tradisi oko'mama atau kabi. Dalam pertemuan resmi di desa
atau di dusun pedalaman, kabi atau oko'mania (tempat sirih pinang) yang
berisi sirih pinang, uang atau sebotol arak kampung menjadi sarana yang
sangat umum di kalangan orang Dawan untuk meminta izin berbicara atau
menyampaikan sesuatu. Pada umumnya sudah diketahui bahwa jika di atas
sebuah meja atau balai balai diletakkan sebuah oko'mama, maka pihak yang
meletakkannya hendak menyampaikan suatu maksud atau pokok pembicaraan
tertentu. Sirih pinang dan sebotol arak kampung merupakan dua komponen
yang selalu digunakan, sementara uang dalam jumlah yang terbatas sebagai
pelengkapnya sangat bergantung dari kebiasaan setiap kelompok dialek.
Tradisi sinih pinang ini sudah digunakan sejak lama oleh masyarakat
desa dalam setiap pertemuan resmi. Kebiasaan ini dimulai sejak Atoin Pah
Meto mengenal kebiasaan makan sirih pinang. Tradisi ini hidup dan
diteruskan oleh hampir seluruh penduduk di wilayah Nusa Tenggara Timur
dan sekitarnya, dengan intensitas yang berbeda beda dan pulau ke pulau.
Kedua sarana yang selalu digunakan bersama itu mempunyai arti sangat
penting bagi kelompok Dawan. Sarana yang sederhana tersebut mendapatkan
makna dan arti lebih tinggi, karena selalu cligunakan dalam berbagai
pertemuan resmi di tingkat pedesaan tradisional.
Di Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS), pendekatan oko'mama selalu digunakan oleh
Bapak Piet A. Tallo (Gubernur NTT saat ini), ketika beliau menjabat
bupati wilayah itu untuk mempertemukan unsur tua adat masyarakat
tradisional dengan unsur pemerintah. Sarana ini dipakai untuk
menyampaikan sekaligus meminta partisipasi masyarakat dalam menyukseskan
program pemenintah. Diakui bahwa mekanisme ini menyita banyak waktu dan
kesempatan, tetapi hasilnya pada umumnya jauh lebih baik dan efektif,
karena masyarakat tradisional juga diminta untuk turut bertanggungiawab
dan berpartisipasi.
Umumnya tradisi penggunaan oko'mama sampai
sekarang dipraktikkan oleh pihak yang sama derajat atau status sosialnya
untu menyampaikan informasi kepada yang lain. Praktik yang diterapkan
Bapa Piet A. Tallo di TTS adalah hal baru sekaligus sebuah terobosan
yang penting. Praktik itu efektif dan mempunyai daya gugah yang mendalam
untuk masyarakat. Sebenarnya praktik seperti itu harus lebih banyak
digunakan oleh pemerintah, bila ingin merangkul dan menggugah rakyat
untu berpartisipasi dalam berbagai rencana pembangunan. Dalam pendekatan
itu masyarakat merasakan adanya penghargaan dan penghormatan dari pihak
pernerintah terhadap adat istiadat mereka. Dengan demikian, pendekatan
yang dulunya hanya bersifat horisontal atau vertikal, sepihak dari
bawah, menjadi lengkap. Maksudnya bahwa pendekatan tersebut dipraktikkan
secara vertikal dari kedua belah pihak, yakni dan bawah ke atas dan
sebaliknya dari atas ke bawah.
Bahasa ~ Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun
2002, setelah sejak tahun
1999 di bawah pemerintahan transisi
PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu
Bahasa Tetun dan
Bahasa Portugis. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa
Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja.
[6]
Dalam praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun
Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai
untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan
bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih
memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan
menulis karangan ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah,
diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka,
Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan
Wetarese.
Di bawah pemerintahan
Suharto,
penggunaan bahasa Portugis dilarang. Saat ini bahasa Portugis di Timor
Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari
Brasil dan
Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari
penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun
demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut
linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa
Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan bahasa
lokal lainnya, bahasa
Tetum
merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi,
sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan
sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam
bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat
kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi
bilangan.
BUDAYA DAN SENI
1. Seni Tari
Di Distrik Dili terdapat beberapa tarian daerah yang mempesona. Tarian-tarian
tersebut antara lain : Tari Lorsa, Tari Simu Surik, Tari Boot, Tari Likurai,
Tari Tebe-Tebe, dan Tari Folklore. Tari Likurai lebih popular sampai ditingkat
nasional, tarian ini dilakukan untuk menyambut para prajurit yang baru pulang
dari medan pertempuran dan juga untuk menyambut Tamu Agung yang datang. Selain
itu jenis tari yang menonjol dan sangat digemari generasi muda di Dili adalah “
folklore “ yaitu bentuk tari pengaruh dari Portugal, yang telah merakyat di
Dili.
2. Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang didalam Masyarakat Dili dan Timor Leste umumnya dan
masih dilestarikan sampai sekarang adalah kanunuk ( Pantun ), Dadolik ( Puisi
), Aknanoik ( Cerita ), Baitoa ( Nyanyian Sedih ). Jenis-jenis ini adalah
sastra lisan yang dituturkan oleh seorang Makoa pada acara adat tertentu.
Mengenai Kanunuk, ada berbagai macam jenisnya, diantaranya pantun yang menjadi
bagian dari suatu tarian, adapula pantun yang untuk bersahut-sahutan yang
dilakukan oleh para muda-mudi pada acara tertentu. Adapun Dadolik, adalah
bentuk sastra yang bersifat sangat ritual, digunakan untuk memuja para leluhur.
Aknanoik, adalah cerita rakyat yang dituturkan oleh Makoa atau oleh orang-orang
tua. Cerita tersebut umumnya berisi mitos, kepercayaan, dan asal-usul nenek
moyang masyarakat setempat.
3. Seni Kerajinan dan Industri kecil
Seni dan kerajinan industri kecil yang ada di Dili antara lain:
Gerabah, Marmer, Keramik, Kerajinan anyaman dari tari agel, aneka kerajinan
dari daun pandan dan lontar, tenun ikat yang hasilnya disebut kain
"Tais", aneka ukiran dari kayu dan lainnya.
4. Seni Suara
Bentuk seni musik yang paling kuno di distrik Dili adalah Maloi dan kore-metan.
Maloi adalah nama suatu jenis nyanyian, yang diiring dengan alat musik Lakadou
(alat musik yang di buat dari bambu). Dapat juga di iringi dengan alat musik
kakeit(alat musik dari logam/bambu) yang dimainkan dengan mulut dan jari.
Yang terkenal hingga sekarang adalah "kore-metan". Sebenarnya
"kore-metan" adalah nama upacara adat yang menandai selesainya masa
berkabung bagi suatu keluarga selama 1 tahun sebagai masa berkabung karena
salah seorang anggota keluarga dekat meninggal. "Kore" berarti
melepaskan, "Metan" berarti hitam. Jadi "kore-metan" adalah
upacara melepaskan kain hitam yang dipakai oleh sekelompok keluarga. Musik ini
mula-mula adalah musik upacara adat dalam melepaskan kain hitam. Adalah suatu
kepercayaan yang turun-temurun berlaku tidak hanya di Dili saja tetapi
diseluruh Timor Leste bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka jiwanya
belum dapat berpindah ke alam lain sebelum diadakan upacara pelepasan oleh
keluarganya. Musik ini diiringi oleh alat musik seperti : biola, gitar,
okolele, babadok bandolin dan tambur.
5. Permainan Rakyat
Permainan rakyat masyarakat Dili pada umumnya menyukai kuru-kuru (permainan
dadu) dan sabung ayam adalah permainan tradisi dari zaman Nenek Moyang dulu
sampai sekarang. Permainan ini dapat di jumpai di setiap desa, maupun kecamatan
Mayoritas AGAMA ~ Katolik (90%), Kristen Protestan (5%), Islam (3%), dan sisanya Buddha, Hindu, serta aliran kepercayaan (2%)
Kebudayaan material Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material yang ada di daerah Timor Tengah Selatan ini meliputi::
periuk tanah liat, perhiasan Muti, pakaian yang terbuat dari dari kain hasil
Tenun Ikat, Asesoris seperti Oko mama, Tiba, Kalat, oko skiki, dan berbagai
perlengkapan pakaian adat lainnya.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.
Sistem sosial Masyarakat
Sistem sosial
Masyarakat Timor Tengah Selatan yang terbentuk dari Kebudayaan masyarakatnya
menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakatnya. Contoh
Di desa Boti yang masih terkenal dengan keasrian budayanya tanpa
sedikitpun Pengaruh Western sehingga Pendidikan yang diterapkan masih kental
dengan keterikatan akan budaya sehingga Pendidikan yang masih terlihat Up to
Down, dalam artian bahwa apa yang diajarkan Oleh Kepala suku adalah hal yang
patut dibenarkan oleh Masyarakatnya. Secara keseluruhan, Masyarakat Timor
Tengah Selatan masih berpatokan pada pengajaran yang demikian sehingga selain
Desa Boti, masih ada juga beberapa yang masih terkesan udik ( Pedalaman) yang
masih menggunakan sistem yang sama dengan Masyarakat Boti.
Sistem Kepercayaan
Sistem
kepercayaan Masyarakat Timor Tengah
Selatan mayoritasnya beragama Nasrani namun ada hal-hal menjadi Tanda kutip
untuk dikoreksi sebagai suatu tindakan Kepercayaan akan sesuatu itu bisa
terjadi jika aturan tersebut dilanggar dan itu berbentuk seperti Doktrin, yang
sebenarnya adalah suatu stategi politik dari pihak Orang tua dalam mendidik
anaknya. Seperti yang saya katakan diatas, bahwa kentalnya keterikatan akan
budaya sangat mempengaruhi masyarakatTimor Tengah Selatan dalam mengembangkan
dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini bisa
terlihat dari keyakinan akan terjadi sesuatu jika masyarakatnya melakukan hal
yang tidak sesuai dengan aturan Adat yang sebenarnya adalah Hal yang tidak
logika. Dan Hal demikian akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.